Laman

10.11.11

Gundala Putra Petir



Gundala Putra Petir merupakan tokoh superhero asli buatan Indonesia walaupun masih meniru tokoh superhero barat tapi setidaknya kita mempunyai tokoh superhero. Sedikit sejarah singkat gundala putra petir bagi yang tidak mengetahuinya, Gundala adalah tokoh komik ciptaan Hasmi yang muncul pertama kali dalam komik Gundala Putra Petir pada tahun 1969. Genre komik adalah Fantasi. Jelas tampak pengaruh komik superhero Amerika pada desain karakter maupun jenis kekuatannya, meskipun alur ceritanya bergaya Indonesia. Lokasi cerita sering digambarkan di kota Yogyakarta meskipun dalam filmnya pada tahun 1982 diceritakan berada di Jakarta. Gundala termasuk karakter komik yang cukup populer di Indonesia di samping Si Buta dari Gua Hantu, Panji Tengkorak, dan Godam.

Asal usul : Seorang peneliti jenius bernama Sancaka menemukan serum anti petir. Tenggelam dalam ambisinya sebagai seorang ilmuwan, dia melupakan hari ulang tahun Minarti, kekasihnya, yang berakibat putusnya hubungan mereka. Sancaka yang patah hati berlari dengan hati galau di tengah hujan deras. Tiba-tiba sebuah petir menyambarnya. Dalam keadaan koma ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain dan diangkat anak oleh raja Kerajaan Petir yang bergelar Kaisar Kronz, sekaligus diberkati kemampuan super yaitu bisa memancarkan geledek dari telapak tangannya. Raja Taifun dari kerajaan Bayu memberinya kekuatan lari secepat angin.
Sejak itulah, di waktu-waktu tertentu, ia tampil sebagai jagoan penumpas kejahatan berpakaian hitam ketat dengan sepatu dan cawat berwarna merah. Wajahnya tertutup topeng, hanya tampak mata dan mulutnya, di sisi topengnya terdapat hiasan seperti sayap burung. Ia adalah kawan mereka yang lemah dan musuh bagi para pencoleng.

Seri Gundala : Selain Gundala Putra Petir (Kentjana Agung,1969), judul seri selanjutnya adalah Perhitungan di Planet Covox (1969). Di sini Gundala bertemu dengan Pangeran Mlaar, yang memiliki tubuh bisa melentur. Mlaar adalah putra mahkota yang terkudeta. Gundala membantu mengembalikan tahtanya. Persahabatan itu membuat Mlaar jadi sering main ke Yogyakarta.
Judul berikutnya adalah Dokumen Candi Hantu (1969), yang merupakan pemunculan pertama musuh bebuyutan Gundala, yakni Ghazul. Lalu Operasi Goa Siluman (1969), The Trouble (1969), Tantangan Buat Gundala (1969), Panik (1970), Kunci Petaka (1970).
Kemudian dalam Godam vs Gundala (Prashida, 1971) dikisahkan Gundala dan Godam tanpa sengaja tertukar kostum dan kekuatan super masing-masing. Masing-masing saling menuduh mereka palsu dan terjadilah perkelahian luar biasa. Warga Yogya yang menonton jadi bingung, mengapa kedua superhero itu bisa bertarung . "Mungkin mereka berebut pacar," komentar seseorang.Setelah mengadu pada pencipta masing-masing ( Kaisar Kronz dan Bapa Kebenaran ), mereka akhirnya bisa kembali pada kondisi normal.
Gundala juga hadir dalam Bentrok Jago-jago Dunia (Prashida, 1971), Gundala Jatuh Cinta (1972), Bernapas Dalam Lumpur (1973), Gundala Cuci Nama (1974), 1.000 Pendekar (1974), Dr Jaka dan Ki Wilawuk (1975), Gundala Sampai Ajal (1976).
Dalam Pangkalan Pemusnah Bumi (1977), Gundala diceritakan bertemu untuk pertama kali dengan calon istrinya. Kemudian berikutnya terbit Pengantin Buat Gundala (1977), Bulan Madu di Planet Kuning (1978), Lembah Tanah Kudus (1979), Gundala Sang Senapati (1979), Istana Pelari (1980), dan terakhir Surat dari Akherat (1982).


Walaupun disaat seri gundala keluar ane belum lahir tapi ane sudah suka ama salah satu tokoh superhero asli Indonesia ini....entah mengapa ane bisa jatuh hati sama salah satu superhero Indonesia ini, padahal mengenal pun baru-baru ini...apakah gara-gara namanya sang tokoh begitu dahsyat yah atau kemungkinan tokoh superhero Indonesia paling dikenal hanya Gundala Putra Petir. Begitu cintanya ane ama Gundala Putra Petir sampai-sampai ane bela-belain bikin Action Figure (bukan bikin sih tapi kustom) Gundala Putra Petir. Setidaknya ane bisa melestarikan tokoh superhero Indonesia sebelum punah oleh gempuran-gempuran tokoh-tokoh superhero dari luar bisa memiliki salah satu figure superhero Indonesia yang bisa diceritakan oleh anak cucu ane (perasaan berlebihan banget ya "anak cucu" hehehehehe) satu kalimat aja : Cukup puas bisa memiliki Action Figure Gundala Putra Petir :D 




4.11.11

Ketika Fans Sheila On 7 Membuat V-Clip

                                                                  Temani Aku

                                                                        Hari Bersamanya

                                                               Melompat Lebih Tinggi
                                                           
Seneng liat video clip-nya deka bukan duta salah satu fans Sheila On 7 yang diproduksi oleh x code...bener-bener artistik, berkesan lebih asik v-clipnya ini daripada yang aslinya :D. semua pembuatan v-clip menurut ane pake kamera DSLR tapi ga tau serinya apa :P dari kesemua v-clip yang ane liat, video yang bagus banget menurut ane adalah v-clip "Hari Bersamanya" , Paaaaaas banget bokeh asik tone juga mantap bener-bener sempurna secara keseluruhan bikin ngiler salut ama yang ambil gambarnya jadi kepengen buat video clip kek ginian tapi ga punya kamera DSLR yang ada menu videonya :( ada yang mau minjemin :P

Apakah Era Kepemimpinan Presiden Soeharto lebih baik daripada Sekarang?


Sepekan menjelang genap 13 tahun usia Reformasi (ditandai mundurnya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998), hari Ahad (15 Mei 2011), lembaga Indo Barometer merilis hasil survei yang sebenarnya tidak (terlalu) mengejutkan.  Hasil survei itu menyatakan bahwa 40,9 persen responden menganggap pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto lebih baik, berbanding hanya 22,8 persen yang menganggap era Reformasi di bawah SBY-Boediono lebih baik.


Bersamaan dengan itu dirilis pula tentang tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY-Boediono yang ternyata sedang jatuh ke tingkat di bawah 50 persen. Bahkan untuk kinerja pemerintahan SBY-Boediono, tingkat kepuasan publik di bidang tertentu bahkan sangat rendah. Tingkat kepuasan di bidang pemberantasan korupsi hanya 37,6 persen, harga sembako (28,6 persen), dan untuk masalah penanganan kemiskinan dan mengatasi pengangguran/penyediaan lapangan kerja masing-masing hanya 25,8 persen dan 23,2 persen.“Ini lampu kuning untuk Sby-Boediono,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodary kepada wartawan dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century, Jakarta, Minggu 15 Mei 2011 (Haluan edisi Senin, 16/5/2011).Fakta-fakta yang terungkap dari survei dengan responden sebanyak 1.200 orang dan tingkat margin of error 3,0% dan tingkat kepercayaan 95% tersebut kemudian disimpulkan bahwa banyak rakyat Indonesia sekarang merindukan (keadaan) seperti era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto dulu.

Menyenangkan sekali waktu mengingat-ingat di jaman kejayaan presiden soeharto...kita bisa hidup aman tentram tanpa ada gangguan dari manapun...bangsa-bangsa lain begitu segan untuk mengusik kedaulatan negeri kita, harga-harga pangan yang begitu stabil dan bahkan kita pernah mencapai swasembada pangan, tingkat pendidikan yang benar-benar terjamin dimana masih adanya wajib belajar 9 tahun sehingga walaupun banyak pengangguran tapi masih berpendidikan, dan korupsi yang dimana era itu tetap ada tapi korupsi hanya (masih) dilakukan oleh para petinggi-petinggi saja belum sampai ke bawah (yang terlihat sih begitu ga tau kalo salah :D ). Disaat era sekarang, semua itu hanyalah sebuah mimpi...dimana era reformasi dan demokrasi saat ini begitu kebablasan mengarah ke anarki menurut saya...banyak rakyat-rakyat Indonesia mudah tersulut emosinya, mudah tersinggung, kurang adanya rasa tepo sliro lagi, kemungkinan hal ini disebabkan oleh masalah penanganan kemiskinan dan pengangguran yang tidak ada solusinya dan mahalnya harga sembako yang membuat masyarakat Indonesia stress memikirkan hal tersebut. akan tetapi tetap saja ini bukan budayanya bangsa Indonesia.


Di era sekarang ini hanya satu yang dibutuhkan di kepemimpinan saat ini yaitu sebuah KETEGASAN untuk memberikan efek jera bagi yang orang-orang yang membandel.
simpel saja apabila di contohkan dengan ini : Orang tua yang tegas dalam mendidik anaknya bisa mengarahkan buah hatinya untuk menjadi pribadi yang benar dan orang tua yang tidak terlalu tegas dalam mendidik anaknya akan membuat pribadi buah hatinya mau menang sendiri dan menginjak-injak harga diri orang tuanya dengan kenakalannya.
Jadi Pemerintahan saat ini hanya dibutuhkan sebuah ketegasan yang sesuai dengan HAM karna di era saat ini masyarakat Indonesia begitu mengagungkan HAM. Saat ini kita merasakan era kepimpinan di mana waktu itu hasil didikan dari orde baru, 20 atau 30tahun lagi kita akan merasakan kepimpinan dari hasil didikan di era reformasi saat ini.